Labusium, Komoditas Pertanian Potensial Baru di Lampung

Para petani di Lampung kini mulai melirik labusium, buah tropis yang masih jarang dibudidayakan, sebagai komoditas pertanian baru yang menjanjikan. Tanaman ini telah menunjukkan hasil panen yang baik di sejumlah wilayah, seperti Lampung Timur, Pringsewu, dan Pesawaran.

Labusium, yang dikenal dengan nama ilmiah Lansium domesticum, merupakan buah sejenis duku tetapi dengan rasa yang lebih manis dan tekstur daging buah lebih lembut. Selain dikonsumsi segar, labusium juga memiliki potensi besar untuk diolah menjadi berbagai produk seperti jus, manisan, dan selai, menjadikannya alternatif ekonomi baru bagi petani.

Salah satu petani labusium, Hadi Suryanto dari Pringsewu, mengungkapkan bahwa tanaman ini relatif mudah dibudidayakan di wilayah Lampung. “Tanah di sini sangat cocok untuk labusium. Perawatannya juga tidak terlalu sulit, dan hasil panennya cukup menguntungkan,” ujarnya.

Labusium mulai berbuah setelah 4–5 tahun ditanam dan memiliki masa panen tahunan yang cukup stabil. Harga jualnya yang tinggi di pasaran membuat banyak petani tertarik untuk menanamnya. Saat ini, labusium dijual dengan harga rata-rata Rp20.000–Rp25.000 per kilogram di tingkat petani dan bisa mencapai Rp40.000 di pasaran kota besar.

Pemerintah daerah Lampung mendukung budidaya labusium melalui program pelatihan dan distribusi bibit unggul kepada petani. Kepala Dinas Pertanian Lampung, Sugeng Pranoto, mengatakan, “Labusium berpotensi menjadi komoditas unggulan baru yang dapat mendiversifikasi hasil pertanian di Lampung. Selain meningkatkan pendapatan petani, ini juga mendukung strategi ketahanan pangan daerah.”

Selain potensi ekonomi, labusium juga memiliki manfaat ekologi. Tanaman ini dapat membantu konservasi tanah dan air karena memiliki akar yang kuat dan daun lebat, sehingga mampu mencegah erosi dan meningkatkan kualitas tanah.

Dengan semakin tingginya permintaan labusium, baik dari pasar lokal maupun luar daerah, petani Lampung berharap dapat meningkatkan skala produksi dalam beberapa tahun mendatang. “Kami optimis labusium akan menjadi salah satu ikon Lampung seperti kopi atau pisang,” kata Hadi dengan semangat.

Keberhasilan budidaya labusium di Lampung ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengembangkan komoditas lokal yang unik dan bernilai ekonomi tinggi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *